Sabtu, 14 Januari 2012

Mengaku "mantan Kyai NU"

Ustadz Mahrus Ali (Mantan Kyai NU) Kini..

Posted by orgawam pada Desember 11, 2010
Sebenarnya tak tertarik untuk mengungkap lebih lanjut tentang Mantan Kyai NU H Mahrus Ali. Namun karena di artikel terdahulu (Mantan Kyai NU Menggugat) banyak “pemuja” yang bertaqlid kepadanya, maka berita di bawah ini patut untuk disimak. Sebagai informasi tambahan bagi pendukung maupun yang kontra.
Berikut adalah ajaran lebih lanjut H Mahrus Ali (sang mantan kyai NU). Bagian bawah adalah penampilan dalam khotbahnya. Dari cuplikan berita dan fotonya saat ini, silakan anda simak dan nilai sendiri kompetensi ustadz ini.
Jamaah Darul Quran Shalat Tanpa Alas
Rabu, 17 November 2010, 21:36 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO–Puluhan jamaah Darul Quran pimpinan Mahrus Ali warga Tambak Sumur, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jatim, melakukan shalat Idul Adha tanpa menggunakan alas seperti sajadah yang lazimnya digunakan oleh umat Islam pada umumnya.


Pimpinan jamaah Darul Quran Mahrus Ali, Rabu (17/11) mengatakan, shalat tanpa alas seperti sajadah tersebut sesuai dengan aturan dari Al Quran dan Hadist yang ada. “Kami melakukan shalat ini sesuai dengan aturan dan berlaku dan tidak perlu dibeda-bedakan karena Islam itu memuat ajaran yang baik serta tidak menyesatkan,” katanya.
Selain tanpa menggunakan alas seperti sajadah, jamaah Darul Quran ini juga melakukan shalat di lahan kosong utara pintu masuk tol simpang susun Waru-Juanda di kawasan Tambak Sumur bukan di masjdi atau lapangan.
Mereka juga tetap mengenakan alas kaki seperti sepatu dan sandal yang mereka pakai untuk melakukan ibadah shalat Idul Adha.
Dalam menjalankan shalat Idul Adha ini, kata dia, imam dan para makmumnya yang terdiri dari shaf depan lelaki dewasa, kecil dan belakang shaf wanita berjumlah sekitar 30 orang. Tatanan dalam bertakbir, dalam rakaat pertama dan kedua, jamaah yang kebanyakan penghafal Al Quran ini hanya melakukan sebanyak satu kali, tidak pada umumnya rakaat pertama tujuh kali dan kedua lima kali.
Pada posisi sesudah takbir, imam dan makmum jamaah ini juga dalam sikap biasa, tidak menyedekapkan tangan kanan di atas tangan kiri. Menurut dia, apa yang dilakukan dalam menjalankan shalat ini, sesuai dengan apa yang pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW seperti yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits.
Ia mengemukakan, Nabi Muhammad dalam bershalat, tanpa menggunakan alas dalam bersujud dan itu yang menjadi panutannya selama ini. “Sujud dengan posisi kepala lansung menyentuh tanah, bisa menjadikan atau menjauhkan orang itu dalam bersifat negatif,” ucapnya yakin.
Dengan bersujud seperti ini, kata dia, bisa membawa pelaku sujud di atas tanah, menjadi tunduk dan tawadhu di hadapan Allah SWT. “Jadikan bumi atau tanah itu untuk masjid dan tempat bersujud. banyak yang sudah mengikuti shalat di tanah lapang, tapi sayang masih menggunakan alas atau sajadah. Dan itu dinilai ‘di’dah’ atau tertolak,” dalihya.
Dalam takbir, lanjutnya, yang dilakukannya itu sudah sesuai dengan apa yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam haditsnya. Takbir lebih dari satu kali itu, dalam hadits diriwayatkan Imam Tirmidzi dan Imam Tirmidzi sendiri mengakui kalau takbir melebihi satu kali itu kurang kuat.
Sementara itu, terkait dengan hewan kurban seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim AS, dalam berkurban yang afdhol atau utama adalah menyembelih kambing, bukan sapi atau lainnya. “Dan hewan yang dikurbankan itu tidak harus mahal, sederhana juga boleh dan kalau bisa hewan yang disembelih itu nilainya mahal, seperti sapi atau lainnya yang tidak sesuai dengan tuntunan nabi dan hal itu tergolong sedekah,” katanya.
Selain itu, kata dia, hewan kurban yang bagus itu disembelih sendiri, bukan disembelihkan orang lain. “Kalau alasannya orang yang kurban itu takut, bagaimana kalau dihadapkan dengan perang untuk membela agama,” ujarnya.
Red: Budi Raharjo
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/11/17/147211-jamaah-darul-quran-shalat-tanpa-alas
.
Jika shalat bersajadah itu bid’ah dan tertolak, maka banyak ketidak konsistenan terlihat di sini. Shalat pakai sandal jepit, baju warna abu-abu dan celana panjang (ada yang pakai Jean lagi), berjenggot awut-awutan dan berkumis, tidak pakai tutup kepala, di dalam ruangan bercat merah, ruangan mushala pakai atap genteng, ada listriknya. Dan itu .. sandalnya kayaknya ada yang menginjak xxx ayam (najis).
Penampilan H Mahrus Ali saat ini, berikut sampel fotonya,



.
Sumber gambar: http://www.facebook.com/album.php?aid=239926&id=351534640896
.
Dengan melihat ajaran dan unjuk-kerjanya kini, kalau saya .. buku karangannya tak akan pernah saya pakai sebagai rujukan. Bukunya otomatis menjadi sampah dengan melihat kondisi/ajaran pengarangnya. Maka adalah sungguh aneh ketika di salah satu komentar artikel terdahulu (Mantan Kyai NU …), buku karangannya dipakai sebagai rujukan oleh para pengikut berbagai ormas di negeri ini. wallahu a’lam.

sementara itu di sumber lain saya coba kemukakan ;


Bedah Buku Membongkar Mantan Kiai NU Menggugat
Bedah Buku Membongkar Mantan Kiai NU Menggugat
Penafsiran amaliah yang dilakukan oleh kelompok dalam sebuah agama wajib ditanggapi secara arif. Tanggapan, atau pernyataan yang cenderung memberikan vonis negatif terhadapnya bukan hanya akan mencederai sesama muslim, tetapi justru menimbulkan kebencian dan permusuhan.
Demikian terungkap di dalam acara bedah buku dengan topik Membongkar Kebohongan Buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik" di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB), Selasa (16/12). Acara ini dilaksanakan atas kerja sama grup diskusi Aswaja (Ahlussunah wal Jamaah) dan Forsa Fakultas Hukum UB. Buku berjudul Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik yang dikarang oleh H Mahrus Ali memang telah menimbulkan kontroversi. Sejak diterbitkan, buku itu telah memancing perseteruan terutama bagi kalangan nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Hingga akhirnya kiai NU, KH Abdullah Syamsul Arifin, Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim, mengarang buku berjudul Membongkar Kebohongan Buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik". Seperti judulnya, buku ini memang menjadi sarana untuk meng-counter atas buku kontroversial tersebut. "Jika bacaannya cuma satu sumber, saya khawatir kalau yang membaca tidak paham akan ikut saja. Saya juga khawatir kalau upaya mengkafirkan kelompok tertentu begitu mudah dilakukan", ungkap Abdullah. "Sayang sekali setiap kali diundang untuk debat, H Mahrus Ali tidak pernah mau datang dengan alasan keamanan. Padahal yang saya upayakan itu harokah fikriyah, bukan badaniyah", tuturnya.
Menurut Abdullah, dari hasil kajian buku yang dianggap justru menyesatkan tersebut, terdapat banyak sekali kejanggalan bahkan kebohongan dan fitnah. Di antara kebohongan-kebohongan tersebut, yang juga dicantumkan dalam buku sanggahannya adalah: inkonsistensi terhadap metodologi yang ditetapkannya sendiri; kesalahan dalam penempatan dalil tidak pada tempatnya; membuat ideologi baru yang kontraproduktif; kekeliruan menilai hadits; kebohongan dalam mengutip pendapat ulama; ketidaktahuan/kebohongan tentang penyusunan sholawat; kebohongan tentang do'a Rasulullah dan shahabat; kebohongan tentang bid'ah; dan kebohongan syakhsiyah (personal).
Sementara itu, KH Marzuki Musytamar, Ketua PCNU Malang Raya yang juga hadir sebagai pemateri menghimbau kepada semua orang, ketika ilmu yang dimiliki seseorang belum cukup jangan mudah memvonis kafir atau tidaknya seseorang. "Karena seorang yang memberikan vonis kafir kepada seseorang, sementara yang dituduh sebenarnya tidak, maka yang menuduh tadi justru menjadi kafir", ujar pngasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas ini.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Sekaliber Apa ya waktu kang mahrus di NU. Lha wong mertuo ambek wong tuwo sing nglairno ae di kafirno. sing heran meneh kang mahrus ki blogger lho rekkk......, po mungkin dekke lagek ngunggahno rating golek daftaran google adsense yo...? go golek sampingan nek bukune wes gak payu......, kang mahrus sesok pangkate dadi advertiser nek gak mung publisher.......... follow kang amahrussss....

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

halah.... lha wong mahru sali kuwi asline wong bento sing ngaku2 mantan kyai NU kok.... ojo diladeni, ngko nggur marai melu bento.... wakwkakwkawkawk....

24 Juli 2013 21.50

Unknown mengatakan...

Kasihan Mahrus Ali itu ya....redaksini lan referesine bukan kitab, tapi goole...

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Ibnu Hajar - Premium Blogger Themes | Ma'had Miftahul Jannah