Berikut
ini riwayat taubatnya seorang ulama kontroversial, ibnu Taimiyyah dari
aqidah tajsimnya dan mengikuti kepada aqidah asy-’ariyyah. Banyak
kontroversi atas cerita tentang taubatnya beliau. Ada sebagian golongan
yang menganggap taubatnya hanya sebagai taqiyyah saja, dan ada juga
sebagian golongan yang menganggap taubatnya adalah murni taubat dari
aqidah sesat tajsim. Mari kita simak sebuah penelaahan dari kitab:
“د ررالالفاظ العاوالي فى الرد على الموجان والحوالي”
Karya:
غيث بن عبدالله الغالبي
Taubatnya imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah
Banyak tercantum di kitab-kitab yang
cenderung melaporkan masalah aqidah atas perkataan-perkataan dan
karangan-karangan yang dinisbatkan kepada imam Taqiyuddin Ahmad ibnu
Taimiyah Rahimahullah. Sebagian dari mereka tidak tahu bahwa
sesungguhnya imam besar ini telah bertaubat dari aqidahnya dan telah
kembali kepada kebenaran. Saya disini akan menukilkan tanggal-sejarah
itu berikut dengan teks nya yang saya salin dari kitab “Durarul Kaminah
Fi A’yanil mi-ah Atsaaminah” karya amirul mukminin dalam hadis, yaitu
imam al hafidz Abu Fadl ibnu Hajar Al Atsqolani terbitan 1414H cetakan
Darul Jail-Juz 1 hal.148. Namun sebelum itu ada pemaparan imam Nuwairi.
Beliau adalah ulama yang hidup sejaman dengan imam ibnu taimiyah dan
pemaparan orang orang yang menyaksikan peristiwa pertaubatan tersebut.
Imam Nuwairi mengatakan bahwa peristiwa pertaubatan ibnu taimiyah ini
juga disaksikan oleh golongan yang menyimpang (pendukung ibnu taimiyah)
atau golongan yang berseberangan dengan ibnu taimiyah. Ibnu Hajar
berkata: ”Yang menyaksikan peristiwa pertaubatan ini terdiri dari
aliansi ulama dan lain-lainnya”.
Imam Nuwairi berkata: ”Permasalahan imam
Taqiyuddin ini berkelanjutan hingga beliau dimasukkan ke dalam penjara
bawah tanah yang berada di benteng gunung hingga datanglah amir
Hisamuddin ke pintu pemerintahan untuk melayani beliau pada bulan
Rabi’ul awwal tahun 707 H. Hingga kemudian Hisamuddin menanyakan duduk
permasalahan ibnu taimiyah ini kepada pemerintah yang berwajib dan akan
menolongnya sehingga pemerintah memberi grasi kepada ibnu taimiyah dan
akhirnya beliau bebas pada hari jum’at tanggal 23 bulan itu pula. Yaitu
Rabi’ul awwal. Dan kemudian ibnu taimiyah di hadirkan ke gedung
penuntutan (pengadilan) yang berada disitu (benteng gunung). Dan
terjadilah pembahasan bersama para pakar ilmu kemudian berkumpullah
golongan dari ulama yang terkemuka, namun acara tersebut tidak dihadiri
oleh hakim ketua yaitu Zainuddin Al Maliky dikarenakan beliau sakit dan
tak hadir pula dari para hakim yang lain. Namun hasil dari pembahasan
tersebut ibnu taimiyah menulis kemudian ditulis oleh dewan majlis dengan
tulisan yang terjamin dan di tanda tangani oleh para saksi.
BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM.
Kesaksian orang yang telah ikut membubuhkan tulisannya ketika telah
ada stempel dari dewan majlis untuk Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah
Al-Harani Al Hanbali ini dihadapkan kepada markas besar yang mulia amir
adil Assaifi raja sultan Salar Al Maliky An Nashiri wakil dari sultan
agung. Dan hadir pula didalamnya golongan dari para ulama… (berlanjut ke
scan kedua)
(Lanjutan)……..dan pembesar pembesar ahli
fatwa terdepan mesir disebabkan apa yang pernah di nukil dari pemikiran
ibnu taimiyah dan tulisan beliau yang sudah di ketahui sebelum itu yaitu
masalah masalah yang berhubungan dengan akidah beliau seperti
“Sesungguhnya Allah itu berbicara dengan suara”, dan “bahwa makna
istiwa’ itu atas makna hakikat/dhohirnya dll yang bertentangan dengan
ahli kebenaran”.
Akhirnya majlis itu selesai setelah
pembahasan itu berjalan lama. Ibnu Taimiyah mengembalikan akidahnya itu
kembali sehingga beliau berucap dihadapan para saksi “SAYA ASY’ARIYY”
sambil mengangkat kitab faham asy’ariyah di atas kepalanya. Dan saya
bersaksi atasnya dengan apa yang tertulis berikut ini:
“Segala puji milik Allah yang aku
beri’tikad pada-Nya bahwa Al Qur’an berdiri diatas makna Dzat Allah. Dan
itu sifat dari beberapa sifatNya yang qodim dan azali. Dan Ia bukan
makhluk. Bukan dengan huruf dan bukan pula dengan suara”.
Ini di tulis oleh Ahmad Ibnu Taimiyah.————————————————————–
Demi Dzat yang aku beri’tikad kepadaNya dari firmanNya yang berbunyi:
الرحمن على العرش استوى
Itu di pahami seperti apa yang telah
dipahami banyak orang, yaitu bukan seperti hakikat dan dhohirnya lafadz.
Saya tidak tahu makna ganti dan maksudnya, bahkan tidak diketahui itu
kecuali hanya Allah Ta’aala.
—————————————————————-Ini ditulis oleh Ahmad Ibn Taimiyah.
Pendapatnya dalam masalah “turunnya”
(Allah) itu juga sama seperti masalah “istiwa”. Aku katakan seperti apa
yang aku katakan, yaitu “Saya tidak mengetahui makna ganti dan
maksudnya, bahkan tidak akan diketahui kecuali Allah Ta’aala. Bukan atas
hakikat dan dhohir lafadnya.”
———————————————————————————–
Ahmad ibnu Taimiyah telah menulis ini.———————————————————————————–
Tulisan pengakuannya ini ia tulis pada hari minggu tanggal 25 Rabi’ul ‘Awwal tahun 707 H.
Dan inilah naskah/salinan apa yang telah
ia tulis dengan tulisannya sendiri. Dan saya (imam nuwairi) menjadi
saksinya pula bahwa beliau bertaubat kepada Allah dari apa yang ia
yakini selama ini (4 masalah). Dan dia (ibnu taimiyah) melafadzkan dua
kalimah syahadat yang agung. Saya bersaksi atasnya dengan sukarela dan
seleksi dalam masalah itu semua di benteng gunung yang terjaga dari
gedung gedung mesir. Semoga Allah menjaganya. Amien.
Dengan sejarah hari minggu tanggal 25
robi’ul awwal tahun 707 yang di saksikan oleh golongan orang orang yang
terkemuka yang patuh dan tunduk dan golongan yang menyimpang.
Aku keluarkan ini dan aku tetapkan di Kairo. (Selesai ucapan imam an-Nuwairi).
———————————————————————-Aku keluarkan ini dan aku tetapkan di Kairo. (Selesai ucapan imam an-Nuwairi).
Ini dari kitab “Nihayatul irbi fi fununil
adab” milik hakim Syihabuddin an-Nuwairy. Beliau wafat pada tahun 733
H. cetakan darul kutub mesir 1998M juz 32 hal.115-116.
———————————————————————-
Imam al-hafidz ibnu Hajar al-Asqolani
berkata: Ibnu Taimiyah masih tetap di penjara bawah tanah hingga
ditolong/diberi grasi oleh amir Ali Fadl sehingga beliau akhirnya bebas
di bulan Rabi’ul ‘Awwal tanggal 23 dan kemudian dihadapkan di sebuah
benteng dan dilaksanakan pembahasan (dialog terbuka) bersama sebagian
pakar fikih hingga akhirnya tercatat sebuah catatan pengakuan Ibnu
Taimiyah bahwa dia berkata: ”Saya berpaham asy’ariyyah”. Dan dijumpai
pula tulisan beliau dengan teks sebagai berikut:
“Segala puji milik Allah yang aku
beri’tikad pada-Nya bahwa Al Qur’an berdiri diatas makna Dzat Allah. Dan
itu sifat dari beberapa sifatNya yang qodim dan ajali. Dan Ia bukan
makhluk. Bukan dengan huruf dan bukan pula dengan suara”.
Sedangkan firman Allah yang berbunyi:
(الرحمن على العرش استوى)
ini bukan seperti dhohirnya lafadznya.
Saya tidak tahu makna ganti dan maksudnya, bahkan tidak diketahui itu
kecuali hanya Allah Ta’aala. Dan pendapatnya dalam masalah “turunnya”
(Allah) itu juga sama seperti masalah “Istiwa’”. (bukan seperti
dhohirnya dan tidak diketahui muradnya).
————————–————————–——Ibnu Taimiyah telah menuliskan ini.
Kemudian para hadirin menyaksikannya
bahwa dia bertaubat sebagai pilihannya dari apa yang ia yakini dulu dan
itu terjadi pada tanggal 25 Rabi’ul Awwal tahun707 H. Dan peristiwa itu
di saksikan pula oleh sebagian besar dari ulama dan kalangan lainnya.
Setelah kasus ini reda, akhirnya dirilislah (pengakuan taubat ibnu
Taimiyah ini) ke permukaan. Dan beliau tinggal di Kairo.
Adapun selain imam ibnu Hajar dan imam
an-Nuwairi yang menuturkan tentang pertaubatan ibnu Taimiyah ini terdiri
dari ulama dan para pakar sejarah, yaitu:
1. ابن المعلم ( w.725) فى نجم المعتدى Salinan Paris nomor 6382. الدواداى (w.736) فى كنزالدرر- الجامع 239
3. ابن تغري بردي الحنفى
(w.874) فى المنهل الصافى- الجامع 576
Yang ke semua ini isinya sama seperti penuturannya ibnu Hajar. Dan juga telah dinukil pula di kitab
النجوم الزاهرة – الجامع 580
SITUASI ORANG ORANG KARENA PERTAUBATAN IBNU TAIMIYAH:
Seluruh ulama sepakat atas kebenaran
peristiwa pertaubatan imam Ibnu Taimiyah rahimahullah ini. Namun setelah
itu terjadi perselisihan tentang sikap Ibnu Taimiyah tersebut, sebagian
dari mereka menganggap ia jujur dengan taubatnya dan sebagiannya
menganggap murni permainan kata-kata/kamuflase atau taqiyah
(kepura-puraan agar segera dibebaskan).
Sikap orang-orang ada dua kelompok:
Pertama: Kubu yang membenarkan hal itu
dan menaruh simpati kepada ibnu Taimiyah, karena telah membawa kaum
muslimin keluar menuju yang terbaik dan mendorong kepada kaum muslimin
yang lain, oleh karena itu banyak ulama yang membelanya (taubat) dan
menentang siapa saja yang menuduh dia bid’ah. (karena taubat).
Kedua: Kubu yang berasumsi bahwa pertaubatannya itu tidak benar/tidak terbukti. Kubu ini ada dua versi, yaitu:
PIHAK PERTAMA MENGATAKAN: ”Orang orang
telah memaksa ibnu taimiyah telah berbuat bid’ah dan memaksa keluar dari
aqidahnya ahli kebenaran seperti yang telah ditegaskan dalam
kitab-kitab beliau. Dan atau seperti yang sudah banyak dinukil oleh para
pengikut fanatiknya bahwa beliau ditetapkan dibanyak kitab bahwa beliau
meninggal dunia di penjara.”
Adapun ucapan mereka yang menyatakan
bahwa ibnu Taimiyah menghembuskan nafas terakhirnya di penjara,
JAWABANNYA ADALAH: ”Memang benar, namun itu dalam tahanan yang terakhir,
yaitu beliau dimasukkan ke penjara lagi karena tersandung masalah
fiqhiyah dan furu’iyah, seperti masalah fatwa haramnya bagi orang yang
bepergian untuk berziarah kemakam Nabi Shollallah ‘alaih wa sallam dan
lain-lain. Jadi bukan masalah akidah yang telah ia taubati itu.
Mengenai tidak ditemukannya dalil penguat/pembenaran atas taubatnya
beliau di kitab kitab beliau atau referensi valid dari beliau JAWABANNYA
ADALAH:1. Ibnu Taimiyah tidak mencetak semua kitab kitabnya. Sehingga dengan indikasi ini kami menguatkan.
2. Alasan lain bahwa kitab kitabnya yang telah tercetak terdapat banyak kekeliruan puluhan halaman seperti yang terjadi dalam kitab fatawanya terutama dari lembaran lembaran dan kalimatnya. Sebuah kesalahan jika kami menetapkan tidak adanya pencabutan ibnu taimiyah atas akidahnya atau tidak memungkinkannya kembalinya beliau kepada kebenaran.
3. Kitab kitab yang beredar kini dan fatwa fatwa yang di nisbatkan kepada beliau, itu semua di kumpulkan 5 abad/lebih setelah beliau wafat. Dan itu semata mata hanya salinan-salinan yang tidak jelas yang tak bisa membenarkan dan yang tak bisa menyanggah hal itu.
PIHAK KEDUA MENGATAKAN: ”Ini mengenai
martabat sebuah akidah yang beliau taubati. Pihak ini mengatakan bahwa
taubatnya ibnu taimiyah ini hanyalah permainan kata kata dan taqiyyah
(menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati untuk menyelamatkan
diri-pent) bukan yang lain. Dan inilah yang banyak di anut oleh
pengikutnya hingga sekarang. Dan menurut mereka pula, ini tidak benar
jika taubat dari keyakinannya di nisbatkan kepada sosok seorang ibnu
Taimiyah rahimahullah karena ia beri’tikad bahwa akidahnya-lah yang
diatas kebenaran. Bagaimana pula dia menyerah/tidak berpegang teguh
dalam pendiriannya sedangkan beliau adalah seorang pemimpin dan panutan
dalam masalah kebenaran ini. Pihak ini berdalih seperti teguh dan
sabarnya imam Ahmad bin Hanbal [yang memilih tetap dipenjara-pent].
(tatkala disuruh mengakui bahwa Al Qur’an itu adalah makhluk-pent) dan
ulama ulama yang lain.”
[Penulis kitab berkata]
Adapun yang benar adalah yang menguatkan bahwa ibnu Taimiyah telah bertaubat dari akidahnya, Segala puji milik Allah.
Tujuan saya dari semua ini adalah setiap
bantahan dan sanggahannya mengenai pesan ini. Saya tidak bermaksud
membahas secara personal seorang ibnu Taimiyah, saya hanya bermaksud
dengan apa yang telah disebutkan dalam kitab kitabnya, entah itu
pendapat beliau disaat belum taubat (Allah bersemayam) atau itu hanya
ucapannya orang yang berbuat buat atas nama ibnu Taimiyah rahimahullah.
Sehingga kesimpulannya adalah:
“Bantahan/sanggahan ini ditujukan pada pendapat/opini yang berkembang
saat ini, bukan pada sang penutur/pengucap (ibnu Taimiyah) seperti yang
ada sekarang ini.”
Semoga bermanfaat, sehingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan anda semua…Saya juga mohon maaf jika ada terjemahan yang kurang berkenan dalam hati anda.
Scan-scan tersebut diambil dari kitab:
د ررالالفاظ العاوالي فى الرد على الموجان والحوالي
Karya:غيث بن عبدالله الغالبي
Adapun riwayat pertaubatan ibnu Taimiyah ini ada tercantum dalam kitab:الدررالكامنة فى اعيان المائة الثامنة
Karya ulama pakar hadits dan fikih abad ke-8, yaitu Ibnu Hajar Al-Asqolany.Seperti yang tertera dalam scan pertama di atas.
Sanad riwayat ini kepada al-Imam ibn Hajar al-Asqalany adalah sebagai berikut:
0 komentar:
Posting Komentar