Persis maghrib kami tiba di Arafah dan turun dari bis masuk ke area
perkemahan kloter kami. Padang Arafah sudah bukan padang pasir luas tak
berpohon lagi. Arafah masa kini sudah banyak ditumbuhi pohon dan begitu
indah terutama saat kami sampai di lokasi. Kami sangat beruntung karena
ritual baru akan dimulai besok siang tanggal 9 Zulhijjah, sementara kami
sudah tiba sangat awal tanggal 8 maghrib. Seharusnya waktu yang begitu
banyak ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah dan memohon
ampun kehadirat-Nya.
Lihatlah
semburat merah jingga di langit dengan latar belakang sebuah gunung
saat kami menjejakkan kaki pertama kali di padang ini... sungguh indah.
Ini
adalah suasana di jalan yang tertata rapi di area Arafah. Tampak light
box berjajar menandakan nomor area kemah (maktab). Nomor ini akan terus
dipakai hingga ke Muzdalifah dan Mina. Lihat juga pagar-pagar bercat
putih yang sering kami sebut sebagai "kandang" karena disitulah jamaah
akan dikandangkan ketika masuk dan keluar area nantinya. Pintu persis
dibawah nomor adalah pintu exit/entrance langsung ke pintu bis.
Masing-masing tim pengelola haji (muassasah) menghiasi areal mereka
secantik mungkin, disini tampak mereka memberi hiasan lampu disepanjang
pagar, meriah...
Di
pinggir jalan sepanjang pagar, ada saja para penjual yang menjajakkan
berbagai barang. Salah satunya pedagang yang berjualan batu cincin ini.
Mereka bukan dari Indonesia, mereka juga ikut berhaji, tepatnya haji
sambil berjualan. Atau... berjualan sambil berhaji? Wallahualam...
Begitu
datang, kami langsung disuruh antri makan malam yang sudah tersedia.
Rekan saya Husni Mubarak berpose sambil antri. Lihat juga betapa
panjangnya antrian makan ini. Tenda di belakang adalah tempat makanan
semi prasmanan yang disediakan panitia. Makanan tersedia berlimpah,
termasuk buah dan minuman, jadi jangan kuatir... Antrian juga relatif
cepat dan kalau mau tidak antri, tunggu sekitar setengah sampai satu jam
setelah peak hour, maka antrian akan tidak ada lagi...
Saat
pagi datang, saya sempatkan diri untuk jalan keliling perkemahan
sejenak. Ternyata di bagian belakang area kemah kami terdapat area kemah
jamaah Malaysia. Lihat hiasan dan benderanya yang sedikit berbeda.
Lihat juga tas biru berbendera Malaysia yang dibawa jamaah di latar
depan. Itulah ciri khas jamaah saudara Melayu kita ini...
Antri
lagi untuk makan pagi di tanggal 9 Zulhijjah. Lihat para petugas
katering yang sebagian besar orang Indonesia. Mereka kerja sambil
berhaji juga, tampak petugas juga pakai pakaian ihram. Tenda makan
diberi tanda maktab dan kloter, jadi hanya jamaah dari kloter itu yang
dapat makan disini. Sejak kemarin sore hingga pagi dan siang ini,
ratusan ribu jamaah diluar kemah kami terus berdatangan dari Mekkah dan
Mina. Kami sungguh beruntung karena sempat istirahat semalam penuh di
tanah suci ini...
Suasana
pagi menjelang siang didalam perkemahan, tampak sibuk, biasanya jamaah
pergi ke WC. Masing-masing kloter kebanyakan membawa spanduk identitas
yang dipasang didepan tenda mereka. Ini untuk memudahkan jamaah mereka
menemukan tendanya masing-masing.
Di
depan tenda diletakkan banyak termos besar yang berisi botol air
mineral yang diberi es batu. Jadi jamaah dengan mudah mencari air dingin
dimana saja. Ketersediannya lumayan bagus, walau kadang-kadang kosong,
tapi dalam waktu tidak terlalu lama akan diisi kembali oleh petugas.
Tampak juga bahwa pepohonan di sela-sela tenda sangat membantu
mengurangi panas dari terik matahari.
Bagian kedua dari laporan pandangan mata selama di padang Arafah. Lihat bagian 1 dari tulisan ini.
Setelah
makan siang, tampak rekan jamaah Surabaya ngobrol lepas didepan
tendanya. Ini pemandangan biasa, terutama bagi jamaah perokok. Lihat
juga bahwa spanduk yang dibawa ternyata ada pesan sponsornya :-)
Suasana
lorong antar tenda. Sebelah kiri adalah kloter dari Natuna, sebelah
kanan adalah kloter kami dari Balikpapan/Samarinda. Lihat juga tumpukan
sendal didepan pintu tenda.
Suasana
antri didepan WC. Insya Allah fasilitas yang ada sangat mencukupi dan
memadai. Air berlimpah, WC relatif bersih. Namun di saat-saat tertentu
memang terdapat antrian cukup panjang... sabar...
Tenda
jamaah dari Jakarta. Kalau tidak salah, seorang teman bilang bahwa ini
adalah kloter seorang artis penyanyi yang bernama Giring Nidji. Saya
sendiri tidak bertemu...
Suasana
siang menjelang sore, setelah jamaah sholat zuhur jama' ashar dan
mendapat khutbah Arafah. Seluruh jamaah juga sudah makan siang, suasana
cukup sepi karena sebagian besar khusyu' berdoa didalam tenda...
WC lain di pojok area kemah kami... tetap ramai juga...
Suasana
dapur umum yang menggunakan panci-panci raksasa. Para tukang masak
sebagian besar didatangkan dari Indonesia. Makanannya bagi saya enak dan
pas di lidah. Ada sayur dan biasanya selalu pakai daging sapi atau
ayam.
Suasana
pinggiran perkemahan menjelang sore. Banyak jamaah yang memisahkan diri
dari tenda membawa tikarnya untuk lebih khusyu' berdoa. Memang didalam
tenda relatif lebih banyak gangguan karena lebih ramai. Tenda-tenda
individual itu adalah para jamaah entah dari mana yang memanfaatkan
lahan kosong di sela-sela perkemahan resmi.
Disinilah
waktu sekitar 6 jam yang paling pas untuk meminta kehadirat-Nya.
Disinilah nikmatnya kita mendekatkan diri dan meminta tolng ke sang
Rabb... Baca tulisan blog rekan saya H. Sigit Sigalayan tentang waktu yang sangat berharga ini.
Maghrib tanggal 9 Zulhijjah ini, kami dipanggil untuk bersiap menuju Muzdalifah.
Jumat, 13 Januari 2012
Padang Arafah
09.22
Ardhia Pramesti
1 comment
1 komentar:
Subhanallah, merinding saya ... review yang lengkap
Posting Komentar